Kehidupan Sosial Masyarakat di Era Digital 4.0
Perkembangan teknologi yang pesat memiliki dampak yang besar terhadap kehidupan manusia. Mungkin dahulu tidak pernah terlintas dalam pikiran kita jika kita dapat memasuki dunia yang serba modern dan canggih. Penemuan-penemuan manusia semakin bertambah seiring dengan zaman. Orang mulai menggunakan alat penemuan manusia untuk menunjang kehidupan sehari-hari, seperti pengerjaan menggunakan mesin, atau bahkan robot yang dapat menggantikan peran manusia. Orang juga dapat mengetahui situasi terkini dunia hanya dengan sentuhan jari. Semua yang terlihat tidak mungkin bagi kita dahulu kini menjadi kenyataan.
Saat ini, dunia sedang memasuki era baru, yaitu era digital 4.0. Di era ini, manusia sangat bergantung terhadap kemajuan teknologi. Mereka sangat terbiasa dengan kehidupan yang serba otomatis. Hal tersebut dapat kita lihat dari berkembangnya perusahaan-perusahaan yang menawarkan pelayanan serba instan, seperti Google untuk mencari segala pengetahuan, Messenger dan Whatsapp untuk bertukar pesan secara instan, hingga banyak aplikasi marketplace yang menawarkan berbagai produk kebutuhan rumah tangga dengan menawarkan harga yang jauh lebih murah. Masyarakat yang merasa bahwa hal-hal tersebut adalah hal baru bagi mereka, tentunya sangat tertarik. Mereka memanfaatkan perkembangan teknologi dengan sebaik mungkin. Mereka merasa bahwa kemajuan tersebut sangat membantu kehidupannya, terutama dalam segi ritel. Dengan adanya aplikasi marketplace, mereka dapat dengan mudah menemukan berbagai barang yang mereka cari. Begitu pula dengan penjual. Penjual dapat dengan mudah memasang iklan atau promosi tentang barang dagangan melalui aplikasi tersebut. Sehingga, produk yang ia tawarkan dapat diketahui masyarakat dengan luas. Terkadang, tak jarang juga penjual menawarkan harga yang lebih murah dengan potongan harga yang fantastis. Sehingga, masyarakat yang dahulu senang berbelanja secara langsung kini beralih melalui aplikasi marketplace. Hal ini tentunya sangat menguntungkan bagi penjual-penjual yang mempromosikan dagangannya melalui marketplace. Lalu, bagaimana dengan nasib toko-toko kecil yang tidak menggunakan marketplace?
Pada kenyataannya tidak semua masyarakat pandai menggunakan kecanggihan teknologi tersebut. Di tengah-tengah kehidupan yang serba canggih ini, masih banyak penjual yang tidak bisa memanfaatkan marketplace untuk menawarkan dagangan mereka. Mereka biasanya orang-orang yang sudah berumur atau dari masyarakat kelas menengaj kebawah. Alih-alih mempromosikan dagangan mereka melalui marketplace, terkadang mereka tidak tahu bagaimana menggunakan gadget atau bahkan tidak memilikinya. Sehingga, barang-barang yang mereka jual di toko, tidak sepenuhnya terjual. Hal tersebut tentu saja sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi mereka. Bahkan tak jarang banyak toko yang terpaksa gulung tikar, dengan alasan tidak memiliki modal untuk membeli barang baru lagi. Toko-toko kelontong kecil, toserba, atau toko baju tersebut kalah dengan marketplace, sehingga membawa dampak besar bagi penjual kecil. Sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk berbelanja secara online melalui marketplace, dengan alasan harga barang lebih terjangkau dan memiliki banyak potongan harga daripada berbelanja di toko.
Selain dari segi ritel, kemajuan teknologi juga berkembang pesat dalam segi transportasi. Hal tersebut dapat kita lihat dari banyaknya perusahaan aplikasi yang menawarkan pemesanan tiket atau jasa pengangkutan secara instan. Hanya dengan sentuhan jari saja, masyarakat dapat memesan tiket penerbangan atau kereta tanpa melalui antri berdesak-desakan dengan penumpang lain. Selain itu, mereka dapat dengan mudah mencari tumpangan taksi atau ojek secara online melalui aplikasi ojek online. Adanya aplikasi tersebut tentunya juga sangat membantu masyarakat yang semula tidak memiliki pekerjaan. Mereka dapat mendaftar sebagai sopir atau driver pada perusahaan ojek online yang ada di daerah sekitar tempat tinggal mereka. Namun, dibalik banyaknya orang yang mendaftar sebagai driver ojek online, banyak juga orang yang tidak memenuhi syarat khusus seperti batas usia, dapat menggunakan smartphone dan memiliki kendaraan pribadi. Pada akhirnya, mereka memilih menjadi tukang ojek pengkolan, sopir angkot, atau sopir becak. Namun, masyarakat biasanya lebih memilih ojek online daripada ojek pengkolan, karena tarif biaya ojek pangkalan lebih mahal. Mereka juga lebih memilih taksi online atau ojek online daripada angkot, dengan alasan naik angkot sangatlah memakan waktu. Banyaknya masyarakat yang memilih milih, tentu saja sangat berdampak bagi perekonomian tukang becak, ojek pengkolan, dan sopir angkot. Mereka biasanya sepi penumpang, dan bahkan tukang becak memasang tarif ‘seikhlasnya’ demi mendapatkan penumpang.
Kemajuan teknologi memanglah membantu bagi sebagian masyarakat, namun tanpa kita sadari ditengah-tengah era yang serba canggih ini masih banyak masyarakat yang tidak dapat menjangkau kemajuan tersebut. Faktor ekonomi, usia, dan pengetahuan mengenai teknologi menjadi pemicu utamanya. Sehingga, masyarakat kelas menengah kebawah semakin merasakan sulitnya keadaan ekonomi mereka. Sehubungan dengan kemajuan tersebut, seharusnya masyarakat harus berupaya untuk mengimbanginya dengan belajar terkait perkembangan teknologi informasi yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat. Mereka dapat belajar melalui anak-anak mereka atau saudara dekat mereka yang lebih tahu tentang perkembangan teknologi, begitu pula terkait dengan pemasangan iklan dagangan mereka. Hal tersebut diharapkan agar mereka mampu bersaing dan memperbaiki kondisi perekonomian mereka.
Comments
Post a Comment